Wednesday 23 December 2015

Hasrizal Merusak Trend, Ada Apa dengan Rival LDK?



Sumber: suarakomunikasi.com
Pemilihan Raya (Pemira) Unsyiah telah usai. Perhelatan tahunan itu memunculkan nama Hasrizal (nomor urut 5), mahasiswa fakultas Hukum, sebagai pemenang. Industrial Times menyebut melalui hitung cepat, kandidat ini merebut lebih dari setengah suara sah. Pesaing terdekatnya, Aditya (2), yang berasal dari fakultas yang sama hanya mengumpulkan 2.000-an suara. Jumlah ini juga menjadi selisih suara antara keduanya.

Sudah lumrah jika ada anggapan Hasrizal diusung oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) meski UKM yang satu ini tidak pernah menyatakan secara terang-terangan. Dan memang politik kampus demikian adanya. Asumsi dijadikan konklusi setelah melihat latar belakang organisasi dan/atau tim kampanyenya. Jika sang calon aktif di HMI, maka bisa disimpulkan ia adalah calon yang diusung oleh lembaga hijau-hitam itu. Hasrizal sendiri, meski tidak memiliki catatan riwayat organisasi di LDK (ini merujuk pada biodata yang tersebar di berbagai media kampanye), diroketkan elektabilitas dan popularitasnya oleh mereka yang aktif di LDK.

Bicara suara, sungguh suatu hal yang menggembirakan jika kita melihat trend beberapa tahun belakangan ini. Meski pasangan yang diusung LDK (saya minta maaf kepada LDK jika ternyata anggapan ini salah) selalu menang, selisih suara ketua BEM terpilih dengan rival terdekatnya menipis dari tahun ke tahun. Dari ribuan menjadi ratusan (data konkritnya googling aje, ye). Ini adalah indikasi bahwa percaturan politik mahasiswa Unsyiah semakin kompetitif.

Namun Pemira kemarin terkesan ‘mengecewakan’. Merujuk pada hitung cepat Industrial Times di atas, calon LDK terkesan tidak memiliki rival yang sepadan. Mereka (rival LDK) gagal mempertahankan kecenderungan yang sudah terbentuk. Hasrizal menjadi begitu digdaya merusaknya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Jika ada yang mengajukan jawaban “masifnya kampanye” Hasrizal berhasil menenggelamkan popularitas kandidat lain, saya rasa itu bukan jawaban yang tepat. Kampanye Hamzah, ketua BEM incumbent, tahun lalu juga tak kalah massif. Tapi Iyen, pesaing terkuat, berhasil menjaga trend minimalisasi diferensi suara.

Jawaban lain yang muncul adalah “kekurangsigapan” menyambut Pemira. Jika ini benar, maka sebenarnya pesaing LDK tidak belajar dari tahun ke tahun. Mereka selalu terperosok ke dalam lubang yang sama untuk berkali-kali (ada peribahasanya tuh). Tapi hemat saya, ini tidak sepenuhnya benar. Saya rasa rival LDK juga organisatoris handal yang progresif.

Ada lagi yang menyimpulkan “kekalahan popularitas”. Ini juga, menurut saya, tidak tepat. Calon-calon LDK juga tidak begitu dikenal khalayak sebelum masa kampanye. Tim kampanye-lah yang mendongkraknya selama beberapa hari yang disediakan Komisi Pemilihan Raya (KPR) itu. kalaupun popularitas dijadikan kambing hitam, mungkin peserta Pemira tahun depan harus studi banding ke LDK seputar kampanye.

Yang agaknya sedikit memuaskan rasa penasaran saya adalah pendapat yang menyatakan bahwa ada “kisruh internal” yang terjadi di dalam barisan non-LDK (no offense! Saya tidak menyebutkan pasangan tertentu). Saya mendengar kabar yang berseliweran tentang hal ini. Tidak begitu jelas apa yang sebenarnya dipeributkan, tapi beberapa sumber menyebutkan bahwa ada ketidakpuasan beberapa pihak terhadap keputusan figur yang dicalonkan. Meski tidak bisa dibuktikan kevalidannya, kekisruhan internal memang menjadi alasan paling logis. Barisan yang kacau berkali-kali disebut sejarah sebagai sebab kekalahan bahkan sebelum kompetisi dimulai! (ada peribahasanya: kalah sebelum perang)

Tapi jangan marah-marah. Ini hanya pendapat saya yang hanya ingin memuaskan dahaga keingintahuan terhadap kekalahan telak kubu non-LDK baru-baru ini. Meski tidak terlibat dalam Pemira, saya akhir-akhir ini menyempatkan diri untuk mengamati perpolitikan kampus nomor satu di Aceh itu. Bagi yang ingin berpendapat lain, silahkan utarakan. Selama berasaskan logika yang masuk akal dan tidak diseduh dengan lima sendok emosi penuh benci, maka mari kita minum kopi!

Akhirnya, selamat kepada Hasrizal dan LDK (nanti saya klarifikasi kalau LDK tidak terlibat) yang menjadi pemenang Pemira. Harapan saya, ajak semua pihak untuk menggemilangkan Unsyiah (jargon kalian itu, kan?). Kepada KPR tahun ini, saya haturkan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya. Kerja kalian hebat! Kepada sejumlah media kampus, saya apresiasi kepada kalian yang bekerja tanpa gaji demi menyemarakkan pesta demokrasi. Kepada mahasiswa yang menyempatkan diri mendatangi TPS dan menentukan pilihan, selamat atas ketidak-apatisan kalian. Jika ada teman-temanmu yang membenci politik dan mengajak golput, suruh dia kembali ke zaman batu ya dek. Di zaman itu, nenek-nenek moyang kita tidak butuh politik.

Kepada yang kalah, tetap sportif dan selamat belajar!

0 komentar:

Post a Comment