Kita dihadapkan pada fenomena memiriskan
akhir-akhir ini. Televisi yang awalnya diharapkan menjadi salah satu media
belajar generasi bangsa kini malah memberikan kontribusi terburuknya. Tayangan-tayangan
yang disuguhkan semakin mengecewakan dari hari ke hari. Parahnya, Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) seperti tidak berfungsi menyikapi hal ini.
Tayangan Merusak
Komedi bernada "bully" dan penghinaan seolah sudah lazim ditayangkan di televisi kita. (Sumber gambar: http://1.brta.in/images/2013-11/f02f12bbafb010f32e92d6f364943af2.jpg) |
Beberapa waktu lalu, dunia pertelevisian tanah
air dimarakkan dengan munculnya sinetron-sinetron saduran film barat. Dimulai dengan
Ganteng-ganteng Serigala di SCTV, Manusia Harimau di MNCTV dan 7 Manusia
Harimau di RCTI (yang terakhir katanya diadopsi dari novel karya Motinggo
Busye). Sinetron bertemakan percintaan antara manusia dengan makhluk ‘setengah
manusia’ dan menampilkan adegan kekerasan itu ditayangkan di jam-jam primetime,
sekitar pukul 19.00 sampai 21.00 setiap malam. Ini tentu saja meresahkan sebab
ditonton oleh anak-anak di bawah umur. Alhasil, tak butuh waktu lama, kasus-kasus
tak pantas kita temukan pada generasi muda bangsa ini. Anak-anak berusia tiga
tahun dapat dengan fasih menirukan suara auman harimau setelah hanya sekali
saja menonton sinetron Manusia Harimau di sebuah stasiun televisi swasta (http://m.kompasiana.com/post/read/675606/3/sinetron-manusia-harimau-dan-pengaruh-buruk-sinetron-indonesia.html)
dan suara melonglong layaknya seekor anjing atau serigala (http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2014/09/07/ganteng-ganteng-serigala-bikin-anak-kecil-jadi-gila-673007.html).
Belum lagi, kejadian-kejadian memalukan yang menandakan telah rusaknya moral
anak bangsa seperti percintaan di bawah umur dan pemerkosaan balita oleh anak
SD (selengkapnya di sini: http://www.kaskus-dimension.com/2014/11/2-produk-industri-hiburan-yang-merusak.html).
Selain sinetron tak pantas itu, munculnya boyband
(grup band yang semua personilnya laki-laki) cilik seperti Coboy Junior
(CJR) juga telah merusak moral generasi muda bangsa. Anak-anak yang menjadi
personil CJR dalam sekejap diidolai oleh anak-anak senusantara. Mereka kemudian
tak hanya diidolai karena jago menyanyi dan menari, tetapi juga karena gaya
hidup yang dewasa dan glamour. Sebut saja, lagu-lagu yang dinyanyikan
bertemakan percintaan dan tindakan mereka menciumi pacar masing-masing yang juga masih
di bawah umur lalu meng-upload fotonya ke media sosial. Sungguh tragis! Parahnya,
ini kemudian diikuti oleh penggemar-penggemar mereka di seluruh nusantara.
Fenomena lain yang menjadikan televisi kian
jauh dari nilai edukasi adalah maraknya acara-acara gosip dan live show tak
berkualitas. Acara-acara gosip tentu saja sangat tidak layak untuk ditonton. Pertama,
acara ini menghilangkan batasan-batasan privasi seseorang. Urusan rumah tangga
atau urusan pribadi lainnya menjadi diketahui publik lantaran penayangan ini. Kedua,
acara semacam ini ‘melegalkan’ penyakit lisan bernama ghibah. Kehadiran
berita gosip seolah mengajarkan masyarakat bahwa mengghibah bukanlah hal yang
tidak boleh diperbincangkan, persis seperti jargon yang diusung sebuah acara
gosip be-rating tinggi, “mengubah hal yang tabu menjadi layak untuk
diperbincangkan”. Sementara program live show, apakah itu talkshow,
variety show maupun program musik yang diselingi komedi menjadi tak
berkualitas lantaran berisi komedi yang bersifat bullying dan “menyakiti”
orang lain. Sebagai contoh, kita masih ingat ketika Kiwil melemparkan tepung
kepada Wendi Cagur pada acara YKS di Trans TV hingga korban tidak bisa
bernapas. Kejadian-kejadian ini secara tidak langsung mengajarkan masyarakat
bahwa kekerasan adalah hal yang lumrah. Wajar saja bila kemudian siswa-siswa
SMP dan SMA membawa barang-barang tajam ke sekolah.
Back to Islam
Islam, agama yang risalahnya dibawa oleh
Rasulullah saw, telah meletakkan fundamen moral sebagai misi utama. Alasan pengutusan
Rasulullah seperti yang beliau sampaikan dalam haditsnya adalah “…untuk
memperbaiki akhlak (moral)”. Maka sudah sepantasnya bangsa ini kembali
kepada Islam, mengambil konsep-konsepnya untuk memperbaiki moral anak bangsa
yang telah begitu merosot ini.
Akan tetapi, meskipun ajakan untuk kembali
kepada nilai-nilai Islam sudah digaungkan dalam jumlah yang tak terhitung,
sampai saat ini belum terlihat upaya yang konkrit untuk memenuhi ajakan
tersebut. Negara ini masih dilanda hedonisme yang seakan tak berkesudahan. Pemimpin-pemimpin
yang memegang tampuk kekuasaan masih terpesona dengan gaya-gaya Barat dalam
menyelesaikan masalah. Meski sebenarnya mereka tahu Barat menyelesaikan masalah
dengan menimbulkan masalah baru. Misalkan saja bagaimana Barat menanggulangi
penyebaran HIV dengan penggunaan kondom. Lalu negara kita dengan latah meniru
cara tersebut. Padahal Islam telah mengajarkan bahwa HIV tidak akan tersebar
apabila seks bebas tidak dilakukan.
Demikianlah, Barat mengatasi masalah dengan
menimbulkan masalah baru sementara Islam mengatasi masalah tanpa masalah J.
Harapan
untuk Seulaweut
Jauhnya tayangan-tayangan televisi dari
nilai-nilai edukasi menimbulkan keresahan di masyarakat. Kekerasan demi
kekerasan terus terjadi setiap harinya, seakan tidak bisa dibendung. Anak-anak yang
kian menggandrungi teknologi semakin tak betah mendengarkan pendidikan moral di
sekolah dan balai-balai pengajian. Sebagian besar telah menjadikan teknologi
sebagai gurunya. Mereka belajar lalu berinteraksi sosial melalu produk-produk
teknologi seperti televisi dan jejaring sosial.
Melihat fenomena di atas, kehadiran media Islami
yang sarat dengan nilai-nilai edukasi sangat diharapkan kehadirannya. Alhamdulillah,
dengan pasang surutnya, radio Seulaweut FM telah memenuhi sebagian
harapan kita di Banda Aceh. Saat-saat televisi kian menjauhkan generasi bangsa
ini dari pendidikan moral, radio yang memiliki motto “Nyaman di Hati, Membuka
Cakrawala” ini justru berupaya mendekatkan. Radio yang telah mengudara sejak
delapan tahun silam ini konsisten menghadirkan berbagai program yang Islami dan
sarat dengan pendidikan moral generasi bangsa. Mengusung visi 3N (News, Nasyid,
Nida’), Seulaweut FM konsisten mengudarakan acara-acara yang bermanfaat. Sebut saja
Dialog Islam yang menghadirkan pemateri yang membahas seputar dunia
Islam, Galeri Remaja yang diisi oleh narasumber muda yang prestatif, Mutiara
Hadits berupa penyampaian hadits-hadits Rasulullah saw, Nasyid Request yang
merupakan pemutaran lagu-lagu Islami sesuai permintaan pendengar, Kabar Dunia
Islam yang menginformasikan berita Islam terkini di seantero dunia dan berbagai
program lainnya. Program-program ini disajikan sesuai dengan misi “menyampaikan berbagai
informasi yang bernilai kepada masyarakat dalam kemasan yang
menghibur” dan “mengajak kepada kebaikan
baik pribadi, keluarga maupun masyarakat”.
Namun, sejauh mana efektifitas pendidikan
moral ini berjalan? Apakah Seulaweut FM telah berhasil dengan baik menjalankan
misinya? Di tengah semakin berkembang-pesatnya teknologi, memang belum bisa
kita katakan ‘ya’ untuk pertanyaan itu, namun tentu juga tidak bisa kita katakan
‘tidak’. Maka, di #Miladke8seulaweut ini, kita mengharapkan Seulaweut FM terus bertahan
membersamai generasi, konsisten berbagi ilmu pengetahuan dan pendidikan moral
serta terus beraksi untuk melakukan perbaikan dan pembenahan, sesuai dengan tagline
yang diusung kali ini: Bersama, Berbagi, Beraksi.
Lebih lanjut, semoga Seulaweut terus
berkembang. Pengembangan ini bisa jadi dalam bentuk pemancaran siaran dalam
gelombang AM atau bahkan perwujudan stasiun televisi Seulaweut TV. Semoga! J
0 komentar:
Post a Comment