Wednesday 25 March 2015

Saat Televisi Kian Menjauhkan

Kita dihadapkan pada fenomena memiriskan akhir-akhir ini. Televisi yang awalnya diharapkan menjadi salah satu media belajar generasi bangsa kini malah memberikan kontribusi terburuknya. Tayangan-tayangan yang disuguhkan semakin mengecewakan dari hari ke hari. Parahnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) seperti tidak berfungsi menyikapi hal ini.

Tayangan Merusak

Komedi bernada "bully" dan penghinaan seolah sudah lazim ditayangkan di televisi kita. (Sumber gambar: http://1.brta.in/images/2013-11/f02f12bbafb010f32e92d6f364943af2.jpg)

Beberapa waktu lalu, dunia pertelevisian tanah air dimarakkan dengan munculnya sinetron-sinetron saduran film barat. Dimulai dengan Ganteng-ganteng Serigala di SCTV, Manusia Harimau di MNCTV dan 7 Manusia Harimau di RCTI (yang terakhir katanya diadopsi dari novel karya Motinggo Busye). Sinetron bertemakan percintaan antara manusia dengan makhluk ‘setengah manusia’ dan menampilkan adegan kekerasan itu ditayangkan di jam-jam primetime, sekitar pukul 19.00 sampai 21.00 setiap malam. Ini tentu saja meresahkan sebab ditonton oleh anak-anak di bawah umur. Alhasil, tak butuh waktu lama, kasus-kasus tak pantas kita temukan pada generasi muda bangsa ini. Anak-anak berusia tiga tahun dapat dengan fasih menirukan suara auman harimau setelah hanya sekali saja menonton sinetron Manusia Harimau di sebuah stasiun televisi swasta (http://m.kompasiana.com/post/read/675606/3/sinetron-manusia-harimau-dan-pengaruh-buruk-sinetron-indonesia.html) dan suara melonglong layaknya seekor anjing atau serigala (http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2014/09/07/ganteng-ganteng-serigala-bikin-anak-kecil-jadi-gila-673007.html). Belum lagi, kejadian-kejadian memalukan yang menandakan telah rusaknya moral anak bangsa seperti percintaan di bawah umur dan pemerkosaan balita oleh anak SD (selengkapnya di sini: http://www.kaskus-dimension.com/2014/11/2-produk-industri-hiburan-yang-merusak.html).
Selain sinetron tak pantas itu, munculnya boyband (grup band yang semua personilnya laki-laki) cilik seperti Coboy Junior (CJR) juga telah merusak moral generasi muda bangsa. Anak-anak yang menjadi personil CJR dalam sekejap diidolai oleh anak-anak senusantara. Mereka kemudian tak hanya diidolai karena jago menyanyi dan menari, tetapi juga karena gaya hidup yang dewasa dan glamour. Sebut saja, lagu-lagu yang dinyanyikan bertemakan percintaan dan tindakan mereka  menciumi pacar masing-masing yang juga masih di bawah umur lalu meng-upload fotonya ke media sosial. Sungguh tragis! Parahnya, ini kemudian diikuti oleh penggemar-penggemar mereka di seluruh nusantara.
Fenomena lain yang menjadikan televisi kian jauh dari nilai edukasi adalah maraknya acara-acara gosip dan live show tak berkualitas. Acara-acara gosip tentu saja sangat tidak layak untuk ditonton. Pertama, acara ini menghilangkan batasan-batasan privasi seseorang. Urusan rumah tangga atau urusan pribadi lainnya menjadi diketahui publik lantaran penayangan ini. Kedua, acara semacam ini ‘melegalkan’ penyakit lisan bernama ghibah. Kehadiran berita gosip seolah mengajarkan masyarakat bahwa mengghibah bukanlah hal yang tidak boleh diperbincangkan, persis seperti jargon yang diusung sebuah acara gosip be-rating tinggi, “mengubah hal yang tabu menjadi layak untuk diperbincangkan”. Sementara program live show, apakah itu talkshow, variety show maupun program musik yang diselingi komedi menjadi tak berkualitas lantaran berisi komedi yang bersifat bullying dan “menyakiti” orang lain. Sebagai contoh, kita masih ingat ketika Kiwil melemparkan tepung kepada Wendi Cagur pada acara YKS di Trans TV hingga korban tidak bisa bernapas. Kejadian-kejadian ini secara tidak langsung mengajarkan masyarakat bahwa kekerasan adalah hal yang lumrah. Wajar saja bila kemudian siswa-siswa SMP dan SMA membawa barang-barang tajam ke sekolah.

Back to Islam
Islam, agama yang risalahnya dibawa oleh Rasulullah saw, telah meletakkan fundamen moral sebagai misi utama. Alasan pengutusan Rasulullah seperti yang beliau sampaikan dalam haditsnya adalah “…untuk memperbaiki akhlak (moral)”. Maka sudah sepantasnya bangsa ini kembali kepada Islam, mengambil konsep-konsepnya untuk memperbaiki moral anak bangsa yang telah begitu merosot ini.
Akan tetapi, meskipun ajakan untuk kembali kepada nilai-nilai Islam sudah digaungkan dalam jumlah yang tak terhitung, sampai saat ini belum terlihat upaya yang konkrit untuk memenuhi ajakan tersebut. Negara ini masih dilanda hedonisme yang seakan tak berkesudahan. Pemimpin-pemimpin yang memegang tampuk kekuasaan masih terpesona dengan gaya-gaya Barat dalam menyelesaikan masalah. Meski sebenarnya mereka tahu Barat menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Misalkan saja bagaimana Barat menanggulangi penyebaran HIV dengan penggunaan kondom. Lalu negara kita dengan latah meniru cara tersebut. Padahal Islam telah mengajarkan bahwa HIV tidak akan tersebar apabila seks bebas tidak dilakukan.
Demikianlah, Barat mengatasi masalah dengan menimbulkan masalah baru sementara Islam mengatasi masalah tanpa masalah J.

 Harapan untuk Seulaweut
Jauhnya tayangan-tayangan televisi dari nilai-nilai edukasi menimbulkan keresahan di masyarakat. Kekerasan demi kekerasan terus terjadi setiap harinya, seakan tidak bisa dibendung. Anak-anak yang kian menggandrungi teknologi semakin tak betah mendengarkan pendidikan moral di sekolah dan balai-balai pengajian. Sebagian besar telah menjadikan teknologi sebagai gurunya. Mereka belajar lalu berinteraksi sosial melalu produk-produk teknologi seperti televisi dan jejaring sosial.
Melihat fenomena di atas, kehadiran media Islami yang sarat dengan nilai-nilai edukasi sangat diharapkan kehadirannya. Alhamdulillah, dengan pasang surutnya, radio Seulaweut FM telah memenuhi sebagian harapan kita di Banda Aceh. Saat-saat televisi kian menjauhkan generasi bangsa ini dari pendidikan moral, radio yang memiliki motto “Nyaman di Hati, Membuka Cakrawala” ini justru berupaya mendekatkan. Radio yang telah mengudara sejak delapan tahun silam ini konsisten menghadirkan berbagai program yang Islami dan sarat dengan pendidikan moral generasi bangsa. Mengusung visi 3N (News, Nasyid, Nida’), Seulaweut FM konsisten mengudarakan acara-acara yang bermanfaat. Sebut saja Dialog Islam yang menghadirkan pemateri yang membahas seputar dunia Islam, Galeri Remaja yang diisi oleh narasumber muda yang prestatif, Mutiara Hadits berupa penyampaian hadits-hadits Rasulullah saw, Nasyid Request yang merupakan pemutaran lagu-lagu Islami sesuai permintaan pendengar, Kabar Dunia Islam yang menginformasikan berita Islam terkini di seantero dunia dan berbagai program lainnya. Program-program ini disajikan sesuai dengan misi “menyampaikan berbagai informasi yang bernilai kepada masyarakat dalam kemasan yang menghibur” dan “mengajak kepada kebaikan baik pribadi, keluarga maupun masyarakat”.
Namun, sejauh mana efektifitas pendidikan moral ini berjalan? Apakah Seulaweut FM telah berhasil dengan baik menjalankan misinya? Di tengah semakin berkembang-pesatnya teknologi, memang belum bisa kita katakan ‘ya’ untuk pertanyaan itu, namun tentu juga tidak bisa kita katakan ‘tidak’. Maka, di #Miladke8seulaweut ini, kita mengharapkan Seulaweut FM terus bertahan membersamai generasi, konsisten berbagi ilmu pengetahuan dan pendidikan moral serta terus beraksi untuk melakukan perbaikan dan pembenahan, sesuai dengan tagline yang diusung kali ini: Bersama, Berbagi, Beraksi.

Lebih lanjut, semoga Seulaweut terus berkembang. Pengembangan ini bisa jadi dalam bentuk pemancaran siaran dalam gelombang AM atau bahkan perwujudan stasiun televisi Seulaweut TV. Semoga! J

0 komentar:

Post a Comment