Friday 20 February 2015

Lompatan Besar


Tak banyak yang berani melakukannya, sebab melompat adalah perbuatan penuh resiko. Karenanya  hanya yang berani saja yang akan senantiasa dikenang sejarah sebagai orang-orang yang hebat.

Sejarah kegemilangan Islam mencatat seorang jenderal perang Quraisy, ahli strategi terbaik di zamannya, pemegang rekor berperang tanpa pernah kalah, adalah satu dari sebagian kecil orang yang dikategorikan ke dalam kelompok ini. Ia adalah anak dari pasangan Walid dan Lababah, keponakan Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah saw. Di perang Uhud, pasukan Muslimin yang di ambang kemenangan keok dibuatnya. Tapi lihatlah kemudian ia melakukan lompatan besar itu. Setelah mendengar lantunan surah Al-Hujurat dari seorang Bilal, ia balik memeluk Islam, menjadi panglima perang mengagumkan sepanjang sejarah lalu menjayakan Islam. Ia bernama Khalid ibn Walid. sang pedang Allah.

Sebelum Khalid, kita tahu sepupuannya, ‘Umar ibn Al-Kaththab, juga adalah seorang penentang Islam. Tapi hatinya terhidayahi kebenaran, juga melalui lantunan surah Alquran. Ia, yang dari semula kokoh di garis depan penentang, melompati batas pemisah lalu berubah haluan menjadi pembela, berdiri gagah di baris muka.

Mungkin, bisa saja, jika Khalid tak masuk Islam, ia takkan dikenang sejarah. Mungkin, bisa saja, jika ‘Umar tak masuk Islam, ia takkan dimasukkan dalam daftar 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah.

Tapi begitulah, mereka berdua memilih tantangan sarat resiko. Keduanya adalah bagian dari sekelumit yang gagah berani melakukan perubahan. Berani melakukan lompatan yang tak sekadar: lompatan besar.

Maka melompatlah! Mungkin jika tak melompat, Sergio Ramos takkan bisa menyundul bola umpan Luka Modric untuk menyamakan kedudukan di final Liga Champions musim lalu, untuk selanjutnya mengangkat trofi bergengsi. La Decima. #HalaMadrid #eh

0 komentar:

Post a Comment