Penampilan mengecewakan Indonesia
di ajang ASEAN Football Cup 2014 menuai kritik dari banyak pihak. Bukan apa-apa,
penampilan timnas jauh di bawah ekspektasi. Setelah diselamatkan oleh blunder
kiper Vietnam di laga pertama hingga menyebabkan skor berakhir imbang 2 – 2,
Indonesia dipermalukan Filipina 4 gol tanpa balas di laga kedua. Meski bisa
menjaga marwah setelah menang telak 5 -1 atas Laos, asa untuk lolos dari babak
penyisihan kandas setelah Vietnam memastikan 1 tiket mengalahkan Filipina yang
sudah lebih dulu lolos dengan skor 3 – 1.
Berbagai rekor buruk langsung
tercetak setelah itu. Dari bangku pelatih, ini adalah untuk pertama kalinya
Alfred Riedl gagal membawa timnya lolos ke putaran selanjutnya selama ia menukangi
tim-tim Asia Tenggara. Sementara kekalahan telak dari Filipina juga untuk
pertama kalinya setelah tahun 1934, 80 tahun yang lalu!
Catatan ini seolah menjadi
serentetan sejarah buruk persepakbolaan timnas setelah sebelumnya timnas U-19
dan U-23 juga tampil di bawah harapan. Sebuah karikatur dari Goal saya rasa cukup menggambarkan hal
ini. Lantas, siapa yang sebenarnya harus disalahkan?
Tahun buruk timnas |
Salahkan striker! Begitu komentar
beberapa pecinta bola nasional. Sergio Van Dijk memang tampil mengecewakan di
setiap laga. Pun, kontribusi penyerang lainnya (Christian Gonzalez dan Samsul
Arif) juga tak bisa diharapkan. Hanya Samsul Arif yang berhasil mencetak 1 dari
7 gol Indonesia.
Salahkan lini tengah yang minim
kreativitas! Salahkan pertahanan yang rapuh dan sering miskomunikasi!
Salahkan jadwal liga yang padat!
Alfred Riedl memang mengeluhkan hal ini. Pendapat senada juga dilontarkan oleh
Rahmad Darmawan dan Benny Dolo.
Salahkan jajaran pengurus! Kisruh
yang berlarut-larut di sana memang mempengaruhi persiapan Indonesia.
Mudah sebenarnya jika ingin
menyalahkan siapa saja. Masalahnya, masalah justru tak selesai dengan begitu
saja. Saya sependapat dengan pendapat Ricki Yacobi, eks punggawa timnas. Katanya,
“Semuanya harus dievaluasi. Sepakbola Indonesia jatuh kalau seperti ini.”
Jadi, salahkanlah semuanya jika
memang ingin mencari kesalahan. Tapi langkah terbaik adalah mengevaluasi semua
pihak. Terlalu larut dalam kekalahan tidak akan mengubah apa-apa. Kita harus
bisa melihat peluang yang muncul. Misalnya, bersinarnya Evan Dimas dan Manahati
Lestusen. Semoga prestasi timnas bisa lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Saatnya berbenah!
ya ya ya
ReplyDeletecek
ReplyDelete