Friday 28 November 2014

Indonesia Kalah, Siapa Salah?



Penampilan mengecewakan Indonesia di ajang ASEAN Football Cup 2014 menuai kritik dari banyak pihak. Bukan apa-apa, penampilan timnas jauh di bawah ekspektasi. Setelah diselamatkan oleh blunder kiper Vietnam di laga pertama hingga menyebabkan skor berakhir imbang 2 – 2, Indonesia dipermalukan Filipina 4 gol tanpa balas di laga kedua. Meski bisa menjaga marwah setelah menang telak 5 -1 atas Laos, asa untuk lolos dari babak penyisihan kandas setelah Vietnam memastikan 1 tiket mengalahkan Filipina yang sudah lebih dulu lolos dengan skor 3 – 1.

Berbagai rekor buruk langsung tercetak setelah itu. Dari bangku pelatih, ini adalah untuk pertama kalinya Alfred Riedl gagal membawa timnya lolos ke putaran selanjutnya selama ia menukangi tim-tim Asia Tenggara. Sementara kekalahan telak dari Filipina juga untuk pertama kalinya setelah tahun 1934, 80 tahun yang lalu!

Catatan ini seolah menjadi serentetan sejarah buruk persepakbolaan timnas setelah sebelumnya timnas U-19 dan U-23 juga tampil di bawah harapan. Sebuah karikatur dari Goal saya rasa cukup menggambarkan hal ini. Lantas, siapa yang sebenarnya harus disalahkan?

Tahun buruk timnas


Salahkan striker! Begitu komentar beberapa pecinta bola nasional. Sergio Van Dijk memang tampil mengecewakan di setiap laga. Pun, kontribusi penyerang lainnya (Christian Gonzalez dan Samsul Arif) juga tak bisa diharapkan. Hanya Samsul Arif yang berhasil mencetak 1 dari 7 gol Indonesia.

Salahkan lini tengah yang minim kreativitas! Salahkan pertahanan yang rapuh dan sering miskomunikasi!

Salahkan jadwal liga yang padat! Alfred Riedl memang mengeluhkan hal ini. Pendapat senada juga dilontarkan oleh Rahmad Darmawan dan Benny Dolo.

Salahkan jajaran pengurus! Kisruh yang berlarut-larut di sana memang mempengaruhi persiapan Indonesia.

Mudah sebenarnya jika ingin menyalahkan siapa saja. Masalahnya, masalah justru tak selesai dengan begitu saja. Saya sependapat dengan pendapat Ricki Yacobi, eks punggawa timnas. Katanya, “Semuanya harus dievaluasi. Sepakbola Indonesia jatuh kalau seperti ini.”

Jadi, salahkanlah semuanya jika memang ingin mencari kesalahan. Tapi langkah terbaik adalah mengevaluasi semua pihak. Terlalu larut dalam kekalahan tidak akan mengubah apa-apa. Kita harus bisa melihat peluang yang muncul. Misalnya, bersinarnya Evan Dimas dan Manahati Lestusen. Semoga prestasi timnas bisa lebih baik lagi di masa yang akan datang. Saatnya berbenah!


2 comments: